pivot62.com – China baru-baru ini mendesak negara-negara global untuk menolak tren “decoupling” atau pemisahan ekonomi yang sedang dilakukan oleh negara-negara Barat. Upaya ini termasuk relokasi pabrik-pabrik dari China ke wilayah lain.
Dalam sebuah pidato yang disampaikan oleh Perdana Menteri Li Qiang di sebuah forum internasional, yang dilaporkan oleh beberapa media asing pada hari Selasa, China mengungkapkan keprihatinannya atas meningkatnya ketegangan ekonomi dengan Amerika Serikat (AS) dan Eropa, terutama mengenai tarif impor pada produk-produk seperti kendaraan listrik dari Beijing.
“Kita harus berpikiran terbuka, berkolaborasi dengan erat, meninggalkan pembentukan blok-blok, dan menolak decoupling,” ujar Li Qiang, yang merupakan wakil tertinggi kedua di pemerintahan China dan bertanggung jawab atas urusan ekonomi atas mandat dari Presiden Xi Jinping, seperti dikutip oleh AFP pada Rabu (26/5/2024).
Li menekankan bahwa industri di China berkembang dengan cepat berkat keunggulan komparatif yang dimiliki oleh negara tersebut. Ia juga menyerukan “stabilitas dan kelancaran operasional” dalam rantai pasokan, serta “liberalisasi dan fasilitasi perdagangan dan investasi.”
Kekhawatiran tentang decoupling dari China oleh negara-negara Barat telah muncul seiring dengan konflik berkelanjutan antara kedua belah pihak mengenai perdagangan dan teknologi. Baru-baru ini, AS telah meningkatkan tarif impor senilai US$18 miliar dari China, menargetkan sektor-sektor strategis seperti kendaraan listrik, baterai, baja, dan mineral penting. Langkah ini, menurut Beijing, akan “sangat mempengaruhi hubungan antara kedua negara adidaya.”
Di samping itu, Uni Eropa (UE) juga sedang mempertimbangkan untuk mengenakan tarif hingga 38% pada kendaraan listrik China mulai tanggal 4 Juli, dengan alasan persaingan yang tidak sehat akibat dari subsidi besar-besaran yang diberikan oleh Beijing kepada industri tersebut. Tarif ini akan diberlakukan sementara hingga bulan November, sebelum diterapkan secara penuh.
UE telah mengklaim bahwa “subsidi yang tidak adil” yang diberikan Beijing kepada industri kendaraan listriknya merupakan ancaman bagi produsen kendaraan listrik Eropa. Hal serupa juga telah diungkapkan oleh AS, yang menuduh Beijing berusaha “membanjiri” pasar Amerika dengan kendaraan listrik, panel surya, dan produk lain yang mendapatkan subsidi besar.
Li menambahkan bahwa sektor kendaraan listrik, baterai litium, dan panel surya China tidak hanya memenuhi kebutuhan domestik, tetapi juga “memperkaya pasokan di pasar internasional, mengurangi tekanan inflasi global dan memberikan kontribusi positif China terhadap upaya global dalam menghadapi perubahan iklim.”
Dari sisi Eropa, termasuk ketua Komisi Eropa Ursula von der Leyen, telah ditegaskan bahwa tujuan mereka bukan untuk memisahkan diri dari China, melainkan untuk “mengurangi risiko” ekonomi.